Apakah masih mungkin kita mengalami haru-biru kisah perasaan? Merasakan semua kebahagiaan? Karena jadinya nggak boleh pacaran, nggak boleh berduaan, nggak boleh macam-macam?
Jawabannya, tentu saja masih. Absolut. Mutlak. Masih.
Akan saya ceritakan sebuah kisah klasik tentang cinta. Tidak detail--karena tentu saja yang tahu detail adalah yangbersangkutan, dan saya takut salah menceritakannya, tapi cukup untuk memberikan gambaran, bagaimana ketika pemahaman baik membungkus sebuah kisah cinta.
Adalah seorang pemuda, tinggal dan dibesarkan oleh anak pamannya. Sejak kecil dia selalu dekat dengan orang yang mendidiknya ini, malah jadi favorit dan dalam berbagai kejadian amat sangat diandalkan oleh orang yang mendidiknya. Pemuda ini tumbuh besar, gagah, pintar, cemerlang. Banyak sekali gadis yang naksir padanya. Siapa tidak? Tapi pemuda ini punya rahasia kecil, dia jatuh cinta pada seorang gadis? Siapa gadis itu?
Gadis itu adalah anak dari orang yang telah mendidiknya sejak kecil. Mereka hampir sebaya. Karena sejak kecil pemuda ini tinggal di rumah orang yang membesarkannya, tidak sulit membayangkan cinta tersebut tumbuh. Sering bertemu sejak kecil, bahkan boleh jadi teman bermain sejak kanak-kanak. Mereka hampir sebaya, si pemuda lebih tua beberapa tahun saja. Tapi, hei, gadis ini adalah anak dari orang yang mendidik, menampung, membesarkannya, dan amat dihormatinya, bukan? Dan diluar itu, gadis tersebut juga tumbuh cantik, pintar, cemerlang. Tidak kurang orang2 besar yang hendak meminangnya.
Nah, ternyata, rahasia yang sama juga tumbuh di hati si gadis tersebut. Saya tidak tahu bagaimana persisnya perasaan itu tumbuh. Doa-doa dikirimkan ke langit. Tapi dua orang ini adalah orang2 terbaik di jamannya, amat cemerlang pemahamannya, mereka tidak akan melanggar batas, bahkan saling melirik pun tidak berani, apalagi berduaan, bicara tentang perasaan secara terbuka. Saya tidak tahu berapa lama perasaan itu terpendam, yang pasti si gadis telah berkali-kali dilamar. Andaisaja lamaran itu diterima orang tuanya, maka boleh jadi padamlah kesempatan itu. Binasalah perasaan cinta tersebut.
Lantas bagaimana akhirnya mereka bisa bersatu? Tuhan yang mengirimkan perintah agar mereka menikah. Ya Allah, itu menakjubkan sekali. Orang-orang hari ini sering lupa, jodoh adalah rahasia milik Allah, maka kisah ini adalah bukti nyata bagaimana skenario paling terlihat atas keterlibatan Allah. Si pemuda menjual perisai perangnya untuk pernikahan tersebut, pembeli perisai tersebut (yg juga adalah orang terbaik di jaman itu) mengembalikannya, sebagai hadiah pernikahan. Dan menikahlah pasangan muda ini. Hingga si gadis itu meninggal, pemuda tersebut tidak pernah menikah lagi--meskipun boleh dan banyak orang di sekitarnya yang melakukannya. Gadis itu cinta pertamanya, dan sebaliknya, pemuda itu cinta pertamanya. Banyak sekali kisah mengharukan setelah mereka menikah. Pengorbanan atas cinta. Kisah bahagia, kabar duka, semuanya mereka lalui. Cinta hingga meninggal.
Silahkan rubah nama pemuda itu dengan Ali Bin Abi Thalib, dan ganti nama gadis itu dengan Fatimah putri Muhammad Rasul Allah. Itulah kisah cinta pasangan yang memiliki pemahaman baik.
Hingga hari ini, Jodoh tetap hak mutlak Allah. Tentu saja kita tidak akan menemukan lagi ada perintah langsung menikahlah dengan siapa. Tetapi skenario jodoh itu tetap berjalan dalam skenario Allah. Mau sebenci apapun kita dengan seseorang, jika jodoh, besok lusa malah menikah. Mau secinta apapun kita dengan seseorang, kalau tidak jodoh, besok lusa tidak akan menikah.
Apakah kita bisa mengalami perasaan cinta yang agung? Bisa. Dan terlepas dari akan seperti apa mengharu biru perasaan kita. Kesedihan. Pengharapan. Menunggu. Bersabar. Maka selalu bentengi dengan pemahaman yang baik. Ada kaidah2 agama yang tidak bisa dilanggar, ada peraturan2 yang tidak bisa diabaikan.
Untuk kalian yang masih remaja, sebenarnya, jika kalian jatuh cinta, maka langkah paling baik adalah: tinggalkanlah, lupakan. Kalau tidak mampu meninggalkannya, tidak mampu melupakan, simpan erat2 dalam hati.
Maka besok lusa, kalian akan menyaksikan keajaiban bersabar. Percayalah, jika seseorang itu cinta sejati kita, pasti akan kembali. Pasti akan ada skenario terbaik yang menemukannya. Dan kalian sendiri akan menemukan hakikat cinta tersebut saat kalian sudah siap untuk memberikan komitmen dalam hubungan yang direstui oleh agama dan dilindungi oleh negara.
Jangan mendiskon kehormatan perasaan dan diri kita begitu rendahnya. Apalagi diobral habis2an.
Tenang saja, akan datang seseorang yang bisa menilai betapa mahalnya harga seorang yang bisa menjaga diri.
Jawabannya, tentu saja masih. Absolut. Mutlak. Masih.
Akan saya ceritakan sebuah kisah klasik tentang cinta. Tidak detail--karena tentu saja yang tahu detail adalah yangbersangkutan, dan saya takut salah menceritakannya, tapi cukup untuk memberikan gambaran, bagaimana ketika pemahaman baik membungkus sebuah kisah cinta.
Adalah seorang pemuda, tinggal dan dibesarkan oleh anak pamannya. Sejak kecil dia selalu dekat dengan orang yang mendidiknya ini, malah jadi favorit dan dalam berbagai kejadian amat sangat diandalkan oleh orang yang mendidiknya. Pemuda ini tumbuh besar, gagah, pintar, cemerlang. Banyak sekali gadis yang naksir padanya. Siapa tidak? Tapi pemuda ini punya rahasia kecil, dia jatuh cinta pada seorang gadis? Siapa gadis itu?
Gadis itu adalah anak dari orang yang telah mendidiknya sejak kecil. Mereka hampir sebaya. Karena sejak kecil pemuda ini tinggal di rumah orang yang membesarkannya, tidak sulit membayangkan cinta tersebut tumbuh. Sering bertemu sejak kecil, bahkan boleh jadi teman bermain sejak kanak-kanak. Mereka hampir sebaya, si pemuda lebih tua beberapa tahun saja. Tapi, hei, gadis ini adalah anak dari orang yang mendidik, menampung, membesarkannya, dan amat dihormatinya, bukan? Dan diluar itu, gadis tersebut juga tumbuh cantik, pintar, cemerlang. Tidak kurang orang2 besar yang hendak meminangnya.
Nah, ternyata, rahasia yang sama juga tumbuh di hati si gadis tersebut. Saya tidak tahu bagaimana persisnya perasaan itu tumbuh. Doa-doa dikirimkan ke langit. Tapi dua orang ini adalah orang2 terbaik di jamannya, amat cemerlang pemahamannya, mereka tidak akan melanggar batas, bahkan saling melirik pun tidak berani, apalagi berduaan, bicara tentang perasaan secara terbuka. Saya tidak tahu berapa lama perasaan itu terpendam, yang pasti si gadis telah berkali-kali dilamar. Andaisaja lamaran itu diterima orang tuanya, maka boleh jadi padamlah kesempatan itu. Binasalah perasaan cinta tersebut.
Lantas bagaimana akhirnya mereka bisa bersatu? Tuhan yang mengirimkan perintah agar mereka menikah. Ya Allah, itu menakjubkan sekali. Orang-orang hari ini sering lupa, jodoh adalah rahasia milik Allah, maka kisah ini adalah bukti nyata bagaimana skenario paling terlihat atas keterlibatan Allah. Si pemuda menjual perisai perangnya untuk pernikahan tersebut, pembeli perisai tersebut (yg juga adalah orang terbaik di jaman itu) mengembalikannya, sebagai hadiah pernikahan. Dan menikahlah pasangan muda ini. Hingga si gadis itu meninggal, pemuda tersebut tidak pernah menikah lagi--meskipun boleh dan banyak orang di sekitarnya yang melakukannya. Gadis itu cinta pertamanya, dan sebaliknya, pemuda itu cinta pertamanya. Banyak sekali kisah mengharukan setelah mereka menikah. Pengorbanan atas cinta. Kisah bahagia, kabar duka, semuanya mereka lalui. Cinta hingga meninggal.
Silahkan rubah nama pemuda itu dengan Ali Bin Abi Thalib, dan ganti nama gadis itu dengan Fatimah putri Muhammad Rasul Allah. Itulah kisah cinta pasangan yang memiliki pemahaman baik.
Hingga hari ini, Jodoh tetap hak mutlak Allah. Tentu saja kita tidak akan menemukan lagi ada perintah langsung menikahlah dengan siapa. Tetapi skenario jodoh itu tetap berjalan dalam skenario Allah. Mau sebenci apapun kita dengan seseorang, jika jodoh, besok lusa malah menikah. Mau secinta apapun kita dengan seseorang, kalau tidak jodoh, besok lusa tidak akan menikah.
Apakah kita bisa mengalami perasaan cinta yang agung? Bisa. Dan terlepas dari akan seperti apa mengharu biru perasaan kita. Kesedihan. Pengharapan. Menunggu. Bersabar. Maka selalu bentengi dengan pemahaman yang baik. Ada kaidah2 agama yang tidak bisa dilanggar, ada peraturan2 yang tidak bisa diabaikan.
Untuk kalian yang masih remaja, sebenarnya, jika kalian jatuh cinta, maka langkah paling baik adalah: tinggalkanlah, lupakan. Kalau tidak mampu meninggalkannya, tidak mampu melupakan, simpan erat2 dalam hati.
Maka besok lusa, kalian akan menyaksikan keajaiban bersabar. Percayalah, jika seseorang itu cinta sejati kita, pasti akan kembali. Pasti akan ada skenario terbaik yang menemukannya. Dan kalian sendiri akan menemukan hakikat cinta tersebut saat kalian sudah siap untuk memberikan komitmen dalam hubungan yang direstui oleh agama dan dilindungi oleh negara.
Jangan mendiskon kehormatan perasaan dan diri kita begitu rendahnya. Apalagi diobral habis2an.
Tenang saja, akan datang seseorang yang bisa menilai betapa mahalnya harga seorang yang bisa menjaga diri.
-Bang Tere-
Komentar
Posting Komentar