Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Semarang #part1

Dua minggu sebelumnya, dapat undangan dari rekan kantor. Aaahh, ga heran, soalnya dua bulan belakangan udah dapet 5 undangan, dan berturut2 tiap sabtu acaranya gantian -,-. Sabtu pertama ke A, sabtu kedua ke B, sabtu ketiga ke C, dan seterusnya sampai sabtu kemarin dapat undangan ke Semarang. Awalnya bingung pingin dateng, tapi, jauh amat yah, mana uang menipis. Hhehee, alhamdulillah, namanya takdir dan rezeki emang ga kemana. Kantor menyediakan transportasi dan penginapan, dan itu semua gratis! Seneng lah pokoknya, jadi ke Semarang. Soalnya ini pertama aku ke kota Jawa, sebelumnya daerah jawa paling jauh dari Jakarta yang pernah di kunjungi itu cuma Bandung. Hhahaa, di ketawain deh sama temen. Biarin ahh, norak dikit, tapi emang baru pertama kali kok :p Ok, jumat pagi jadwal keberangkatan. Dari kantor jam 9.00 (rencana awal). Tapi karena ada meeting sama direksi, jam keberangkatan di tunda sampai jam 10.00. ehh, tapi, ternyata ada beberapa kerjaan yang harus diselesaikan, nasib g

Hikmah Pagi - Jiwa-jiwa Yang Gagah

Aku akan tempuh hari-hariku bersama cinta yang utama. Aku ingin mati di jalan ini bersama kemuliaan yang tak terkira. Aku tidak akan pernah menyerah! Selamanya tidak akan menyerah, di jalan-Nya! Hidup adalah perjuangan. Kita adalah apa yang biasa ditempakan pada diri kita. Banyak manusia yang kalah dalam hidup karena ia tidak memandang hidupnya sebagai sesuatu yang berharga, sehingga ia tidak mau memperjuangkannya. Ia tidak mau melihat hal-hal penting yang berserakan di sekelilingnya. Karena itulah ia membiarkan hidupnya berjalan terus dan terus tanpa evaluasi. Dia merasa tidak perlu menangisi kesalahannya. Dia berputus asa karena kesalahannya. Dia tidak merasa perlu berubah. Dia tuhankan perasaannya. Dia tidak menyadari potensi dan kekuatannya. Dia melupakan sukses yang sebenarnya. Dia ingin bahagia dengan mantera karangan pribadi. Menyerah menjadi orang baik adalah gerbang menuju kekalahan besar. Maka, sangat penting bagi kita untuk terus bertahan. Bukankah di dalam diri kita,

Keponakan Kecil Ku

Namannya “iyon”. Umurnya sekitar 3tahun. Pertemuan pertama ku dengan nya adalah ketika aku berkunjung ke Bandung, saat aku menjenguk nenek dan ato (kakek panggilan orang medan) yang sedang sakit. Yah, ini kedatangan pertama ku di kota kembang itu setelah beberapa tahun belakangan aku tak kesana. Bahkan saat itu “iyon” mungkin belum lahir. Hhehee, jadi wajar kalo di awal dia ga kenal aku. Meski waktu ku Bandung sangat singkat, hanya tiga hari. Tapi seneng bisa lihat kebahagiaan keluarga disana. Bisa main bersama “iyon”. Dan itu juga pengalaman pertama ku pergi ke kota yang jauh sendirian. Awalnya nekad, tapi seru juga. Meski mama dan adik sepanjang perjalanan tak henti menanya kabar ku. Apakah aku baik-baik saja? Sudah sampai mana? Jangan tidur, kamu sendirian! Hadeuuuh, riweh aja yah orang-orang. Hhihii. Tapi keluarga di Bandung juga ikutan banyak bertanya ke aku. Mungkin karena aku pergi sendirian. Tapi kan jakarta-bandung deket ma, deket dek, deket wa, deket om, deket tan

Ibu

Iya, dia “ibu” yang merawat ku sejak aku dalam kandungannya, sampai sekarang. Ahh, tak hanya sampai sekarang bahkan. Sampai nanti, sampai akhir hidupnya, tanpa keluh meski ini berat dan tak mudah. Iya, dia “ibu” yang walau pendidikannya tak selesai di jenjang sekolah dasar. Tapi, banyak pelajaran yang bisa ku ambil dari nya. Hingga kini, hingga aku sebesar ini, aku masih harus banyak belajar dari nya. Belajar tentang HIDUP! Tentang menjadi wanita kuat dan tegar. Belajar bagaimana seharusnya wanita yang baik bersikap, belajar SABAR, belajar menatap bahwa cinta Allah itu indah. Iya, dia “ibu” yang senantiasa di samping ku, menemani ku. Saat aku terjatuh, saat aku sakit, saat aku menangis, saat aku tertawa bahagia, saat cita ku tergapai. Ahh, dia selalu setia kepada ku dan anak-anaknya. Saat aku harus pulang malam, dia melawan kantuknya menunggu ku. Memasak untuk aku makan, karena ia tau pasti aku belum makan. Saat dia harus bangun lebih pagi demi menyiapkan sarapan ku. Bekerja seh

Saat Aku Rindu [Ayah]

Saat aku melihat canda ayah dan anak remaja nya di depan sana, saat itu pula kerinduan ku kepada mu hadir. Saat ku dengar kisah masa lalu mu dari mereka, saat itu pula rasa ingin bertemu lagi dengan mu datang. Saat masalah perlahan menghampiri diri, saat itu pula aku rindu mendengar nasihat bijak mu yang kan menguatkan ku. Saat kecewa ku mampu membuat air mata tanpa terasa jatuh, saat itu pula ingin ku lihat senyum mu yang mampu menghapus luka ini. Saat kaki mulai rapuh menopang diri, saat itu pula harap ku bisa seperti dulu ada engkau yang membawa ku dalam dekapan mu. Saat cerah dan indahnya hari menghiasi ku, saat itu pula ingin rasa ku bisa bercerita semua kepada mu, berbagi bahagia ku. Saat satu per satu cita ku tergapai, saat itu pula muncul harap ku bisa melihat senyum bangga mu akan diri ku, yang kan menyemangati ku tuk menggapai cita lainnya. Saat senja menawarkan keindahannya dari ufuk barat, saat itu pula besar ingin ku bisa melihat sun