Hidup itu tak
hanya sekedar untuk “AKU”, melainkan untuk “KITA”. Maka akan kita temukan
beribu makna bercahaya. Dan bahagia adalah kepastian yang kan tergenggam. Begitulah islam mengajarkan kita,
manakala hidup hanya dimaknai untuk “AKU” maka apa yang dimiliki dan apa yang
di dapat hanya akan menjadi kesenangan sementara yang tak akan memberikan lebih
dari apa yang diharapkan. Berbeda dengan jika hidup ini dimaknai untuk “KITA”, yaitu
dengan memberi kepada mereka yang membutuhkan, berbagi atas apa yang dimiliki
hingga bermanfaat bagi sesama, serta menghilangkan sifat keegoisan mementingkan
diri sendiri. Maka kita akan dapatkan beribu makna kehidupan bercahaya.
Apa itu makna hidup bercahaya? Makna hidup
bercahaya, ialah ketika kita bisa merasakan kebahagiaan dalam hidup. Yaitu
kebahagiaan yang tak hanya ada dalam waktu singkat, melainkan kebahagiaan abadi.
Ketika kebahagiaan yang kita rasakan memberikan efek bahagia juga untuk
orang-orang di sekitar kita. Ketika kebahagiaan itu mengantarkan kita kepada
keridhaan Illahi, hingga syurga menjadi tempat kesudahan yang Allah janjikan
pada kita. Ya, itulah makna hidup bercahaya, yang membuat kita merasakan bahwa
hidup itu mudah semudah tersenyum. Hidup itu tak pernah gelap, karena Allah
senantiasa berikan cahaya dalam hidup kita. Ada matahari untuk pagi dan siang
hari kita, ada bulan untuk menerangi gelap malam kita.
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan makna hidup bercahaya? Mari kita sejenak
menilik dan mengambil pelajaran dari Laut Mati dan Danau Galilea. Laut Mati dan Danau Galilea sama-sama dialiri dari sungai Yordan. Dan seperti yang kita
ketahui di Laut Mati tidak ada kehidupan layaknya laut-laut lain. Lain halnya
dengan Danau Galilea yang
begitu banyak kehidupan seperti flora, fauna, fitoplankton, sampai
zooplankton. Apa yang membuat dua tempat tersebut berbeda padahal mendapat
aliran air dari sumber yang sama, yaitu Sungai Yordan? Karena Laut Mati tidak
mengalirkan lagi air yang didapatnya kemana pun. Beda dengan Danau Galilea yang
mengalirkan kembali air yang didapat dari Sungai Yordan ke Sungai Yordan Bawah.
Dari air yang
mengalir, lalu dialirkan kembali ke tempat berikutnya atau yang tidak dialirkan
kembali. Ini sama halnya dengan
hidup kita. Manusia hendaknya terus menuntut ilmu, sebagaimana Allah
perintahkan kita bahwa menuntut ilmu hukumannya wajib bagi muslim lelaki dan
muslim perempuan. Proses belajar atau menuntut ilmu bisa kita samakan dengan
reaksi alam dimana sungai akan mengalirkan airnya ke tempat yang lebih rendah.
Layaknya sungai Yordan yang mengalirkan airnya ke Laut Mati dan Danau Galilea.
Meski dari sumber yang sama, dua danau tersebut ternyata memiliki kehidupan
yang berbeda.
Begitu juga dengan kita, tak usah jauh mencari
fakta. Coba lihat kondisi teman-teman satu kelas kita di kampus misalnya, kita
sama-sama belajar dari satu dosen. Tapi hasilnya? Yhaah seperti yang bisa kita
lihat, tak semua mahasiswa mampu memahami apa yang diajarkan oleh dosen. Laut
mati tidak mengalirkan lagi air yang didapatnya kemanapun, maka kehidupan akan
stuck sampai disitu. Bagi kita, makna tak berbagi (dalam ilmu) maka ilmu yang
kita miliki hanya sebatas apa yang kita terima, tak berkembang dan mungkin bisa
lupa ditelan waktu. Berbeda dengan Danau Galilea yang mengalirkan kembali
airnya, alhasil begitu indah kehidupan disana. Seperti itu pula kita, jika kita
sharing kembali apa yang kita ketahui dan fahami, maka ilmu yang kita miliki
akan berkembang, dan bisa menjadi ingatan abadi.
Bahkan dalam hadits Rasulullah, ilmu yang
bermanfaat akan menjadi amal yang tiada terputus meski jasad kita telah
terkubur dalam tanah. Dan tahukah? Istilah lain mengapa ilmu harus kita bagikan
lagi? Jika kita menuang air, lalu kita diamkan gelas tersebut, apa yang akan
terjadi? Lama-lama gelas akan penuh terisi air dan air pun luber tumpah
(sia-sia). Berbeda jika kita bagikan isi
gelas ke gelas yang lain. Semua bisa menikmati, dan indahnya berbagi akan
memberikan banyak efek.
Efek pertama adalah banyak orang menghargai kita.
Masa sih? Iya, coba kita perhatikan orang-orang yang berilmu, bukankah mereka
terlihat lebih berwibawa, memiliki derajat lebih baik, sehingga orang-orang
menghormati mereka. Dengan ini, maka memberikan, mengajak dan saling
meningatkan dalam kebenaran akan lebih mudah. Mungkin perlahan kita bisa
mengajak mereka memahami islam lebih dalam, hingga islam akan menjadi agama
yang dihormati. Yang bercahaya menyilaukan semesta.
Karena kita berbagi dalam ilmu, maka kita turut
mencerdaskan bangsa. Mau ga sih? Kalo
negara kita makin banyak orang cerdasnya? Di lain sisi, berbagi ilmu sejatinya
menjadi bahan belajar untuk kita sendiri. Dengan berbagi ilmu, maka mau tak mau
kita melakukan pengulangan dalam pembelajaran.
Baiklah, setelah kita sama-sama kita coba tarik
ulur apa fungsinya berbagi (dalam ilmu). Maka dari sekarang yukk, sama-sama
kita berbagi. Apa saja yang bisa kita lakukan, apa saja yang kita miliki, meski
di tengah keterbatasan, berbagi tak kan pernah merugikan kita. Berbagi tak
pernah membuat kita miskin.
Punya harta berlebih? Maka berbagilah dengan harta
mu. Kurang punya harta, senyum pun bisa kita jadikan hal untuk berbagi. Kita
dalam keterbatasan? Berbagilah dengan melakukan apa yang bisa membuat orang sekitar
kita bahagia. Punya ilmu lebih? Berbagi lah dengan mengajarkan mereka yang
masih belum seperti mu. Kita bisa menjadi pengajar, atau jika tak berkemampuan
mengajar, coba cari cara lain. Dengan menulis misalnya, maka kau pun bisa jadi
manusia bermanfaat untuk yang lain.
Apa pun yang bisa kita lakukan dalam berbagi,
lakukanlah. Merajut kata memberi 1000 makna bercahaya. Merjaut kata
membei 1000 makna maksud ku adalah menjadi seorang penulis. Dengan hasil
tulisan yang aku harap bisa bermanfaat untuk yang membacanya. Dan mungkin bisa
jadi satu dari banyak cara yang aku pilih untuk bisa berbagi dalam ilmu (selain
keinginan menjadi dosen). Hhehee,
itu pilihan dalam cita-cita besar ku ^_^
*semoga bermanfaat*
-Int-
Komentar
Posting Komentar