Terdiam ku, saat ombak menggulung butiran pasir pantai
Terdiam ku, ketika mentari tertutupi awan mendung
Terdiam ku, saat kicauan burung tak lagi dapat ku dengar
Terdiam ku, ketika badai meluluhlantahkan kota
Terus terdiam, dan aku hanya bisa terus diam...
Raga ku memang disini, tapi jiwa ku melayang-layang entah kemana
Dimana jiwa ku? Jiwa yang terasing dengan suasana yang hadir dalam hidup ku
Jiwa yang terasing, tak mengerti dengan apa yang terjadi,
Tak merasakan indahnya matahari ketika terbenam di pantai dengan iringan suara gulungan ombak
Tak memperdulikan mentari yang hilang karena tertutup awan sebagai tanda bahwa hujan besar kan turun
Tak bisa mendengar indahnya sautan kicau burung
Tak mampu berlari meski badai tengah menghancurkan bangunan-bangunan kota di tempat aku berdiri
Jiwa yang terasing, haruskah terus aku terdiam?
Tak melakukan apapun, tak bangkit dan tak mau menerima keadaan?
Bukan, itu bukan manusia dewasa, seharusnya aku bangun
Coba lihat dan angkatlah dagu ini, pandangi dari pinggir pantai betapa indahnya mentari terbenam di ujung laut sana
Coba lihat dan angkatlah dagu ini, pelangi dengan bias warna nya yang indah hadir setelah hujan
Coba dengar, indahnya nyanyian kicau burung di sekitar ku
Coba buka mata, ayo melangkah dan lari, agar diri ini tak terseret badai
Jiwa yang terasing, yakinlah, percayalah, kuatlah, dan berpikirlah positif
Semua hanya sementara, dan selalu ada rencana indah dari Tuhan mu (Allah SWT)
Jiwa yang terasing, kembalilah pada raga yang menanti
Jiwa yang terasing, biarkan raga dan jiwa ini bersatu, agar lebih kuat menghadapi segalanya
Jiwa yang terasing, rencana Allah itu indah, meski terkadang tak sesuai apa yang dimau, tapi syurga adalah tempat kembali paling indah
-Int-
Komentar
Posting Komentar