Jadi kali ini
ceritanya lagi mengenang memori semasa SMK dulu, kira-kira 4 tahun lebih yang
lalu kisah ini bermula. Sebut ini “TARBIYAH” yang secara bahasa kita kenal
dengan “PEMBINAAN”. Diawali dari MOS (Masa Orientasi Siswa) SMK Telkom SPJ
angkatan 16. Saya dapat kelompok “PASOPATI”, dan kelompok ini bertempat di
kelas 1 tel 1 (yang ternyata juga jadi kelas pertama saya di SMK ini). Baiklah,
harus diakui saat itu saya hanya manusia biasa, sangat biasa (looh, sekarang
juga manusia biasa sih). Hhehee, maksudnya saat itu saya jauh sekali mengenal
agama saya (islam), padahal keluarga saya keluarga muslim, dari kecil juga saya
sudah ikut pengajian (tapi hanya sebatas membaca alquran), TK juga di TK
muslim. Saat SD dan SMP saya akui saya begitu sedikit memahami islam dan
mengamalkannya, bahkan shalat juga susah, harus sering kena marah orang tua,
masih bolong-bolong, dan puasa ramadhan pun masih kadang dengan mudah berasalan
untuk tidak puasa. Astaghfirullah, ampuni dosa saya di masa lalu, masa kini dan
berikutnya ya Allah, jauhkan saya dari perbuatan yang Engkau tak ridhoi. Aamiin
Baiklah itu masa
lalu, masa yang bisa saya jadikan pelajaran agar tak mengulang kesalahan yang
sama. Sampai saat itu (kembali saat MOS) saya pun masih belum begitu mengenal
“ROHIS”, mungkin hanya sekedar angin lalu yang pernah saya dengar (saat itu),
apalagi yang disebut “TARBIYAH”. Tapi itu dulu yah. Nah, waktu MOS disela-sela
perasaan jengkel karena harus melalui hari dengan omel2an kaka-kaka senior,
disuruh ini itu, lari sana sini, makan ini itu, dll deh pokoknya. Sebel tau ka,
kok berasa di semena-menain. Hhihii, tapi pas diinget-inget lucu juga, ternyata
ga akan jadi kenangan manis kalo ga di MOS seperti itu. Tiga hari masa orientasi,
lelah penat sebel bisa terlupakan saat jam istirahat siang. Shalat dzuhur
bersama di Masjid Ar-Rayan, seusai shalat ada agenda “MENTORING”. Dua agenda
itu yang bisa sejenak jengkelnya MOS terlupakan, gimana ga? Masjid hijau besar,
asri dengan pepohonannya, dan angin yang semilir mendamaikan perasaan yang tak
mengenakan saat itu. Saat menjejakkan
kaki di majid tersebut ada sambutan dari kakak-kakak cantik nan ramah berjlbab
rapih. Dan setelah shalat diberi waktu istirahat, sambil duduk santai terkantuk
mendengarkan nasihat dan wejangan ringan dari kakak-kakak itu. Apa ini? Mereka
ramah, cantik, mereka pun tersenyum (berbeda dengan kakak-kakak MOS yang
seharian menampilkan tampang jutek), mereka santun, mereka mendengarkan keluh
kesah kami, menyemangati kami. Ahhh, Allahu Rabbi, indah, teramat indah, inilah
“ISLAM” yang indah. Mungkin saat itu saat pertama hati saya tersentuh. Dan itu
lah awal saya mengenal “TARBIYAH”.
Sampai akhirnya
masa saya sekolah, saya pun mengikuti “MENTORING” dari kelas satu semester dua,
karena di semester satu saya masih sering tidak ikut, bolos, ga ikut keputrian
juga, mungkin itu yang dimaksud dengan “teman itu mengikuti agama temannya”,
yah saat itu saya masih terpengaruh dengan pemikiran2 teman-teman. Tapi tidak
putus asa kakak-kakak rohis saat itu, terus mengingati kami untuk hadir di
acara keputrian, untuk terus ikut kajian-kajian yang diadakan oleh anak-anak
rohis. Entah alasan apa, atau bisa jadi ini salah satu dari banyak petunjuk
Allah. Lewat kakak-kakak rohis, lewat keputrian, lewat ROHIS, saya tergerak untuk
rutin mengikuti “MENTORING”.
Ok, saat itu saya
berkumpul dengan 7 teman akhwat lain dari angkatan saya, tapi kami ada yang
beda kelas dan beda jurusan. Kami ber-8 dengan satu pembina, berkomitmen di
awal untuk rutin bertemu di mushala sekolah setiap sore (pada satu hari yang
telah disepakati). Aku, ika, dwima, neni, ayyu, ami, dinar dan tiara, dan bu
nurul sebagai pembina kami. Mengkaji ilmu agama bersama, mendengarkan tausyah
dan nasihat, saling mengingatkan, saling menguatkan dikala ada yang mengendur,
belajar bersama tak sekedar tentang agama tapi juga pelajaran di kelas,
sharing-sharing dengan apa yang terjadi, qhadaya, silaturahim, rihlah, bersama
mengurus organisasi ROHIS, bahagia bersama, menghibur tatkala ada yang
bersedih, mengunjungi yang terkena musibah, hafalan al-qur’an bersama, program
ta’ahi (menyaudarakan), mabit, i’tikaf, kultum, kondangan ke guru yang
walimahan (karena anak rohis sering dapat undangan dari guru2), perjalanan
minal masjid ilal masjid, mengunjungi islamic book fair, jalan-jalan ke
planetarium, sampai perpisahan yang amat menyenangkan di kebun raya bogor.
Yah, itulah saya
dan tarbiyah awal saya. Mengadakan daurah untuk adek2 kelas, ikut munasharah
dari istiqlal-HI-istiqlal lagi, sampai membicarakan persiapan kebaya untuk acara
wisuda. Begitu banyak kenangan bersama mereka, begitu banyak kebahagiaan
bersama mereka. Mengenal islam lebih dalam, dan saya pun merasakan kebahagiaan
yang teramat indah. Mungkin inilah nikmatnya saling mencintai karena Allah.
Ukhti fillah, aku merindukan kebersamaan itu, kita yang rela harus pulang malam
saat liqo, yang berjuang bersama melanjutkan gerbong dakwah di ROHIS SMK TELKOM
@16, yang meski banyak tugas sekolah tapi tak pernah keluh saat harus
menyelesaikan persiapan PHBI, dan banyak lain nya.
Dari tarbiyah, saya
mengenal cinta, cinta karena Allah. Berukhuwah tanpa melihat siapa miskin siapa
kaya, siapa pintar siapa kurang pintar, siapa jelek siapa cantik. Dari tarbiyah
tarbiyah saya mengenal apa itu perjuangan, apa itu persahabatan, mengetahui
betapa tak mudahnya beristiqomah. Dari tarbiyah saya yang tak suka membaca
menjadi begitu suka membaca buku, begitu menyenangkannya mencari ilmu (agama),
begitu mengasyikan belajar membaca al-qur’an. Dari terbiyah saya belajar untuk
terus mengenal Allah, mengenal Rasulullah, mengenal islam. Dari tarbiyah
menyayangi keluarga menjadi hal termanis yang mendamaikan. Dari tarbiyah saya
pun merasakan bahwa Allah senantiasa memudahkan jalan hambaNya. Dari tarbiyah,
saya tak hanya sekedar mengenal teman-teman satu lingkungan rumah, tapi luas,
teramat luas jaringan ISLAM itu, kami bersaudara, dan persaudaraan itu indah.
Dari tarbiyah saya
pun pernah meraskan hal lucu seperti sering dapat ledekan aneh dari
orang-orang, sampai di ledek “neng, istrinya amrozi yah?” juga pernah. Sempat
di tentang keluarga karena saya dituduh ikut aliran sesat. Dilarang untuk
berjilbab panjang dan berpakaian aneh. Meski hal-hal seperti dibilang “sesat”
teramat menyakitkan saat itu, tapi saya tak patah, karena teman-teman saling
menguatkan saat itu. Satu perkataan seorang guru “gpp kita dibilang sesat, toh alhamdulillah kita sesat dijalan yang
benar”. Hhehee, yah gitu deh, senang dan susahnya saya dan tarbiyah.
Kuncinya asalkan kita yakin, maka kuatkan keyakinan kita selagi kita tahu keyakinan
itu benar dan ada landasan yang kuat (yaitu alquran, hadits dan sunnah rasul).
Hambatan sebesar apapun tak masalah, dan akhirnya keyakinan kita dapat
melelehkan setiap permasalahan yang hadir. Seberat apapun itu, asalkan kita
mantapkan keyakinan kita, dan berusaha serta doa kepada Allah. insyaAllah
orang-orang yang mungkin awalnya menentang kita, menganggap kita aneh, melarang
kita, akhirnya mereka pun lebur. Karena kekuatan keyakinan kita kepada Allah
yang menuntun hati mereka. Hingga tak ada lagi larangan atau cemoohan, yang ada
hanya dukungan, persetujuan dan semangat dari mereka. Termasuk keluarga. Karena
menyentuh hati harus juga dengan hati ^_^
Rabbi, izinkan hamba untuk terus membina diri,
untuk terus mengenal Mu, mengenal Rasulullah, mengenal islam. Dan izinkan aku
untuk terus mentarbiyah diri ini hingga hanya karena ridho Mu hari ku terhiasi.
Dan izinkan aku dan saudara-saudara ku (seagama) bisa merasakan betapa indahnya
cintaMu dan mencintai karena Mu. Hingga kami beristiqomah karena tujuan hidup
kami hanya satu yaitu ridho Mu (q.s al baqarah – 207).
-int-
waah,, iy mos itu kyk kita disuatu rumah yg isinya singa semua. takut2 gtu dah.
BalasHapuslalu di siang hari disambut dg senyuman yg bikin tenang.
yg gue inget senyum paling manis adlh milik ka mega loh. :D
hhehee, waktu itu mos sama ka mega yah lidia?
BalasHapusaku sama ka irma dan ka feby, mereka juga cantik-cantik loh :)